Edisi April 2015 #2
SEJARAH SINGKAT MAY DAY, PERJUANGAN
RAKYAT INDONESIA DAN PERAN MAHASISWA DI
DALAMNYA
Oleh : Mahmud Zunaidi
A.
May Day Dari Dulu
Sampai Sekarang
May
day (1 May) adalah sejarah panjang perjuangan kaum buruh dunia. Diawali oleh
perjuangan kaum buruh di Amerika serikat yang dimulai 1 Mei 1886 menuntut
diberlakukannya 8 jam kerja. Tuntutan ini sesuai dengan kondisi kaum buruh yang
sangat memprihatinkan dimana pada waktu itu kaum buruh dipaksa bekerja selama 12
– 16 jam/hari. Tercatat ratusan ribu buruh yang ikut serta dalam aksi ini.
Karena tindakan represif dari aparat pemerintah tercatat 4 buruh tewas, 8
aktivis buruh dipenjarakan dan puluhan lainnya terluka pada demontrasi tanggal
3 Mei 1886. Tahun 1888, kaum buruh Amerika Serikat kembali turun ke jalan
menyuarakan tuntutan 8 jam kerja di tengah larangan demonstrasi. Tuntutan 8 jam
kerja kemudian meluas ke kawasan Eropa. Akhirnya tahun 1889 diselenggarakan
Kongres Buruh Internasional yang dihadiri oleh ratusan delegasi di berbagai
negara yang memutuskan delapan jam kerja per hari menjadi tuntutan utama kaum
buruh seluruh dunia. Pada kongres ini kemudian menjadikan tanggal 1 mei sebagai
Hari Buruh Se dunia. Delapan jam/hari atau 40 jam/minggu (lima hari kerja)
kemudian telah ditetapkan menjadi standar perburuhan internasional oleh ILO
melalui Konvensi ILO No. 1 tahun 1919 dan Konvensi No. 47 tahun 1935. Sejak
saat itu sampai sekarang May Day selalu diperingati oleh kaum buruh di seluruh dunia
dengan gegap gempita. Jutaan kaum buruh di dunia turun ke jalan setiap tahunnya
untuk memperingati May Day.
B.
Perjuangan Rakyat
Indonesia
Di Indonesia, May day
selalu menjadi momen yang sangat penting. Setiap tahunnya, May day selalu ramai
oleh jutaan buruh, petani, mahasiswa, pemuda, perempuan dan kaum tertindas
lainnya yang turun ke jalan menuntut hak-hak mereka. Tindasan rezim Jokowi – JK
yang semakin menggila menyebabkan terampasnya hak-hak rakyat. Hak buruh untuk
sejahtera dirampas dengan penerapan politik upah murah. Monopoli dan perampasan
tanah oleh tuan tanah baik negara maupun swasta semakin menyeret jutaan kaum
tani ke jurang kemiskinan. Tidak dijaminnya akses pendidikan dan pekerjaan oleh
negara mengakibatkan banyak pemuda yang tidak bisa mengenyam pendidikan maupun
mendapat pekerjaan. Buruh Migran yang merupakan penyumbang devisa terbesar
untuk Indonesia nasibnya berbanding terbalik dengan perlindungan negara yang
sangat minim. Berita pemancungan Siti Zaenab oleh pemerintah Saudi 15 April
lalu merupakan puncak gunung es kasus BMI di luar negeri. Data yang ada
menunjukkan bahwa ada 229 BMI lagi yang sedang menunggu untuk dieksekusi mati
di luar negeri. Sementara itu kenaikan harga BBM, TDL, gas dan kebutuhan pokok
(beras) telah memukul punggung rakyat dan memaksa rakyat semakin mengencangkan
ikat pinggang.
Forum KAA yang
baru-baru ini digelar di Bandung telah melenceng dari tujuan pendiriannya.
Semangat anti Imperialisme (Neo-Kolonialisme) yang menyatukan negara asia
afrika pada tahun 1955 sekarang justru berbalik menjadi ketundukan negara asia
afrika pada Imperialisme. Berbagai bentuk penjajahan gaya baru yang merampas
dan memonopoli sumber daya alam negara asia afrika oleh Korporasi besar
Imperialis khususnya AS (TNC/MNC) dipertontonkan secara luas dalam skema bisnis
dalam KAA ke-60 di Bandung kemaren.
C.
Peran Mahasiswa Dalam
May Day 2015
Mahasiswa sebagai
kaum intelektual tidak dijamin masa depan nya oleh negara. Data BPS tahun 2014
menyebutkan bahwa pengangguran di Indonesia terhitung sebanyak 71,4 juta dan
bekerja serabutan sekitar 58 juta orang. Pengangguran di usia muda berjumlah
4,9 juta orang. Sementara pengangguran yang berlatar belakang dari lulusan
mahasiswa berjumlah 1,2 juta orang. Selain itu mahasiswa harus menerima beban
biaya kuliah yang tiap tahun semakin mahal. Seperti kita ketahui bersama bahwa
kampus UNSIQ melakukan kebijakan kenaikan biaya kuliah di tahun 2013 dan tahun
2015. Kebijakan yang tidak ada transparansi nya ini tentu menambah beban
mahasiswa dan merupakan bentuk pengingkaran terhadap demokrasi. Kita sebagai
mahasiswa berhak mendapatkan transparansi semua kebijakan kampus tak terkecuali
kebijakan kenaikan biaya kuliah. Pengabaian hak ini sama dengan perampasan
hak-hak demokratis kita oleh kampus.
Perampasan hak-hak
rakyat oleh rezim Jokowi – JK dan perampasan hak demokratis kita di kampus
menemukan momentum yang tepat. May Day merupakan momen besar dimana kaum
tertindas di seluruh dunia menyatukan diri menuntut hak-hak mereka yang
dirampas. Peringatan May Day merupakan momen bagi mahasiswa untuk membuktikan
kembali komitmen untuk terus berjuang bersama di sisi rakyat. komitmen
mahasiswa yang pro rakyat dan cinta perubahan sebagaimana jalan yang telah
dirintis oleh mahasiwa Indonesia baik sebelum maupun pasca kemerdekaan. Kita
tentu tidak akan melupakan perjuangan mahasiswa tahun 1998 yang berhasil
menggulingkan diktator Soeharto dan berkontribusi membuka kran demokrasi bagi
seluruh rakyat tertndas di Indonesia yang selama rezim Soeharto ditutup rapat.
Akhirnya, mari ramaikan May Day dengan tuntutan-tuntutan kita.
Berjuang Bersama
Rakyat Adalah Jalan Suci Kita Sebagai Mahasiswa....!!!!
Lawan Rezim Jokowi –
JK, Perampas Hak Rakyat.....!!!!
0 komentar:
Posting Komentar